CANDIDIASIS
Oleh
1.
JEFRIANTO ENIBA (K.011.015.008)
2.
RINI MUKTI CAHYANI (K.011.015.012)
3.
SITI NUR FATHONAH (K.011.015.017)
4.
YETTI RETNOWATI (K.011.015.020)
5.
ZULFAN
MUSTIKA (K.011.015.021)
PROGRAM STUDI S1-ILMU KEPERAWATAN
STIKES DUTA GAMA KLATEN
2016
====
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena rahmat dan karuniaNya kita berada dalam keadaan sehat dan mendapat
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang definisi kandidiasis,
deskripsi mikroorganisme penyebab penyakit dan gambar mikro, gejala penyakit,
cara penularan, pemeriksaan, peran bidan dalam pencegahan penyakit, dan
komplikasi.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah
wawasan pembaca tentang penyakit kandidiasis, agar nantinya dapat memanfaatkan
wawasan yang telah dimiliki dan dapat terhindar dari penyakit kandidiasis.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.
Kami akan sangat berterima kasih dan menerima dengan senang hati
masukan-masukan, kritik dan
saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua,
khususnya para pembaca. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Klaten, 04 April 2016
Penulis
ii
===
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI
..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
- Latar
belakang
............................................................................................1
- Tujuan ……………….................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi candidiasi..………………………….…….….………………..…2
B. Defenisi
mikroorganisme penyebab penyakit candida albican………….. 2
C.
Mikroorganisme
penyebab penyakit candididasi dan cara penularannya .. 9
D.
Cara penularan …………………………………………………….…… 14
E.
Cara pencegahan………………………………………………………... 15
F.
Komplikasi pada penyakit kandidiasis ……..………………………….. 16
G.
Peran tenaga
kesehatan ……………….………………………...……… 17
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
.............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
iii
=====
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kandidiasis
(moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut
Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan
suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan
prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada
penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%.
Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada
bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis
oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi
putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican
merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama
sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya
lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis
jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans,
C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C.
guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan
jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan
penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada
rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak
sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang
yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut
yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS.
B. TUJUAN
1. Mengetahui
apa itu candidiasi?
2. Mengetahui
cara penularan candidiasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
CANDIDIASIS
Penyakit
Candidiasis merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh jamur kandida /candida albicans. Candida
albicans merupakan jamur
mirip ragi dan selalu ada dalam tubuh kita, dalam jumlah sedikit. Dalam keadaan
normal jamur ini hidup di rongga mulut, vagina dan usus. Tanpa menimbulkan
gangguan atau penyakit Pada awalnya diklasifikasikan sporotrichium oleh Ghubby, suatu
organisme yang ditempatkan pada genus Oidium
(O. albicans) oleh Robin 1874. Kemudian, hal ini membingungkan dengan
monela kandida, suatu jamur yang diisolasi dari ruang vegetasi. Dilaporkan bahwa
kata moniliasis biasa digunakan sebagai sinonim untuk candidiasis dalam
beberapa literature. Istilah candidiasis
digunakan di USA, meskipun istilah candidiasis lebih sering digunakan di
Kanada, Inggris, Prancis, dan Italy.
B.
DEFENISI
MIKROORGANISME PENYEBAB PENYAKIT CANDIDA ALBICANS
Candida
albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua
bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi
blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan
bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi
(blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 µ x
3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28 µ.
Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus
memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok
blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Pada beberapa
strain, blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti botol, dalam
jumlah sedikit. Sel ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang berdinding
tebal dan bergaris tengah sekitar 8-12 µ. Morfologi koloni C. albicans pada
medium padat agar Sabouraud Dekstrosa, umumnya berbentuk bulat dengan permukaan
sedikit cembung, halus, licin dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat terutama
pada koloni yang telah tua. Umur biakan mempengaruhi besar kecil koloni. Warna
koloni putih kekuningan dan berbau asam seperti aroma tape. Dalam medium cair
seperti glucose yeast, extract pepton, Candida albicans tumbuh di dasar tabung.
Pada medium tertentu, di antaranya agar tepung jagung (corn-meal agar),
agar tajin (rice-cream agar) atau agar dengan 0,1% glukosa terbentuk
klamidospora terminal berdinding tebal dalam waktu 24-36 jam. Pada medium agar
eosin metilen biru dengan suasana CO2 tinggi, dalam waktu 24-48 jam terbentuk
pertumbuhan khas menyerupai kaki laba-laba atau pohon cemara. Pada medium yang
mengandung faktor protein, misalnya putih telur, serum atau plasma darah dalam
waktu 1-2 jam pada suhu 37° C terjadi pembentukan kecambah dari blastospora.
Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi
pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Candida albicans
membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk
pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari
kabrbohidrat
Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan
metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian
(fermentasi) pada Candida albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob.
Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan
metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam
suasana aerob. Sedangkan dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam
laktat atau etanol dan CO2. Proses akhir fermentasi anaerob menghasilkan
persediaan bahan bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan pernafasan.
Pada proses asimilasi, karbohidrat dipakai oleh Candida albicans sebagai sumber
karbon maupun sumber energi untuk melakukan pertumbuhan sel.
Candida albicans dapat dibedakan dari spesies lain berdasarkan kemampuannya
melakukan proses fermentasi dan asimilasi. Pada kedua proses ini dibutuhkan
karbohidrat sebagai sumber karbon. Pada proses fermentasi, jamur ini
menunjukkan hasil terbentuknya gas dan asam pada glukosa dan maltosa,
terbentuknya asam pada sukrosa dan tidak terbentuknya asam dan gas pada
laktosa. Pada proses asimilasi menunjukkan adanya pertumbuhan pada glukosa,
maltosa dan sukrosa namun tidak menunjukkan pertumbuhan pada laktosa.
1.
Struktur fisik
Dinding sel
Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari
beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan
kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut adalah
memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari lingkungannya. Candida
albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks. Komposisi primer terdiri
dari glukan, manan dan khitin. Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2-30 %
dari berat kering dinding sel, ß-1,3-D-glukan dan ß–1,6-D-glukan sekitar 47-60
%, khitin sekitar 0,6-9 %, protein 6-25 % dan lipid 1-7 %. Dalam bentuk ragi, kecambah
dan miselium, komponen-komponen ini menunjukkan proporsi yang serupa tetapi
bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel
ragi. Dinding sel Candida albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda.
Membran sel
Candida albicans seperti sel eukariotik lainnya terdiri dari lapisan fosfolipid
ganda. Membran protein ini memiliki aktifitas enzim seperti manan sintase,
khitin sintase, glukan sintase, ATPase dan protein yang mentransport fosfat.
Terdapatnya membran sterol pada dinding sel memegang peranan penting sebagai
target antimikotik dan kemungkinan merupakan tempat bekerjanya enzim-enzim yang
berperan dalam sintesis dinding sel. Mitokondria pada Candida albicans
merupakan pembangkit daya sel. Dengan menggunakan energi yang diperoleh dari
penggabungan oksigen dengan molekul-molekul makanan, organel ini memproduksi
ATP.
Seperti
halnya pada eukariot lain, nukleus Candida albicans merupakan organel paling
menonjol dalam sel. Organ ini dipisahkan dari sitoplasma oleh membran yang
terdiri dari 2 lapisan. Semua DNA kromosom disimpan dalam nukleus, terkemas
dalam serat-serat kromatin. Isi nukleus berhubungan dengan sitosol melalui
pori-pori nucleus. Vakuola berperan dalam sistem pencernaan sel, sebagai tempat
penyimpanan lipid dan granula polifosfat. Mikrotubul dan mikrofilamen berada
dalam sitoplasma. Pada Candida albicans mikrofilamen berperan penting dalam
terbentuknya perpanjangan hifa.
Candida
albicans mempunyai genom diploid. Kandungan DNA yang berasal dari sel ragi pada
fase stasioner ditemukan mencapai 3,55 µg/108 sel. Ukuran kromosom Candida
albicans diperkirakan berkisar antara 0,95-5,7 Mbp. Beberapa metode menggunakan
Alternating Field Gel Electrophoresis telah digunakan untuk membedakan strain
Candida albicans. Perbedaan strain ini dapat dilihat pada pola pita yang
dihasilkan dan metode yang digunakan. Strain yang sama memiliki pola pita
kromosom yang sama berdasarkan jumlah dan ukurannya.
Steven dkk
(1990) mempelajari 17 strain isolat Candida albicans dari kasus kandidosis.
Dengan metode elektroforesis, 17 isolat Candida albicans tersebut dikelompokkan
menjadi 6 tipe. Adanya variasi dalam jumlah kromosom kemungkinan besar adalah
hasil dari chromosome rearrangement yang dapat terjadi akibat delesi, adisi
atau variasi dari pasangan yang homolog. Peristiwa ini merupakan hal yang
sering terjadi dan merupakan bagian dari daur hidup normal berbagai macam
organisme. Hal ini juga seringkali menjadi dasar perubahan sifat fisiologis,
serologis maupun virulensi.
Pada Candida
albicans, frekuensi terjadinya variasi morfologi koloni dilaporkan sekitar 10-2
sampai 10-4 dalam koloni abnormal. Frekuensi meningkat oleh mutagenesis akibat
penyinaran UV dosis rendah yang dapat membunuh populasi kurang dari 10%.
Terjadinya mutasi dapat dikaitkan dengan perubahan fenotip, berupa perubahan
morfologi koloni menjadi putih smooth, gelap smooth, berbentuk bintang,
lingkaran, berkerut tidak beraturan, berbentuk seperti topi, berbulu, berbentuk
seperti roda, berkerut dan bertekstur lunak.
2.
Patogenesis
Menempelnya mikroorganisme dalam
jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara
umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu
diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin
dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-molekul Candida albicans
yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada
dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesive. Setelah terjadi
proses penempelan.
Candida albicans berpenetrasi ke
dalam sel epitel mukosa. Dalam hal ini enzim yang berperan adalah
aminopeptidase dan asam fosfatase. Apa yang terjadi setelah proses penetrasi
tergantung dari keadaan imun dari pejamu.
Pada
umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi
baru terjadi bila terdapat faktorpredisposisi pada tubuh pejamu. Faktor-faktor
yang dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidosis antara lain disebabkan
oleh :
·
Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk,
misalnya: bayi baru lahir, orang tua renta, penderita penyakit menahun,
orang-orang dengan gizi rendah.
·
Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus.
·
Kehamilan.
·
Rangsangan setempat pada kulit oleh cairan yang
terjadi terus menerus, misalnya oleh air, keringat, urin atau air liur.
·
Penggunaan obat di antaranya: antibiotik,
kortikosteroid dan sitostatik.
Faktor
predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans serta
memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan
dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan
tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam
jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut
merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan
sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase,
lipase dan fosfolipase.
3.
Epidemiologi
Candida albicans dapat ditemukan di mana-mana sebagai mikroorganisme yang menetap di dalam saluran yang berhubungan dengan lingkungan luar manusia (rektum, rongga mulut dan vagina). Prevalensi infeksi Candida albicans pada manusia dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga invasi dapat terjadi. Meningkatnya prevalensi infeksi Candida albicans dihubungkan dengan kelompok penderita dengan gangguan sistem imunitas seperti pada penderita AIDS, penderita yang menjalani transplantasi organ dan kemoterapi antimaligna.
Candida albicans dapat ditemukan di mana-mana sebagai mikroorganisme yang menetap di dalam saluran yang berhubungan dengan lingkungan luar manusia (rektum, rongga mulut dan vagina). Prevalensi infeksi Candida albicans pada manusia dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga invasi dapat terjadi. Meningkatnya prevalensi infeksi Candida albicans dihubungkan dengan kelompok penderita dengan gangguan sistem imunitas seperti pada penderita AIDS, penderita yang menjalani transplantasi organ dan kemoterapi antimaligna.
Selain itu makin meningkatnya tindakan
invasif, seperti penggunaan kateter dan jarum infus sering dihubungkan dengan
terjadinya invasi Candida albicans ke dalam jaringan. Edward (1990) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa dari 344.610 kasus infeksi nosokomial yang
ditemukan, 27.200 kasus (7,9 %) disebabkan oleh jamur dan 21.488 kasus (79%)
disebabkan oleh spesies Candida. Peneliti lain (Odds dkk. 1990) mengemukakan
bahwa dari 6.545 penderita AIDS, sekitar 44,8 % nya adalah penderita
kandidosis.
Banyak studi
epidemiologi melaporkan bahwa terjadinya kasus-kasus kandidosis tidak
dipengaruhi oleh iklim dan geografis. Hal itu menunjukkan bahwa Candida
albicans sebagai penyebab kandidosis dapat ditemukan di berbagai Negara.
4.
Patologi dan Manifestasi Klinik
Pada
manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di
bawah kuku orang sehat. Candida albicans dapat membentuk blastospora dan hifa,
baik dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap
dapat dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan
kelainan atau sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan.
Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa sifat patogenitas tidak berhubungan
dengan ditemukannya Candida albicans dalam bentuk blastospora atau hifa di
dalam jaringan. Terjadinya kedua bentuk tersebut dipengaruhi oleh tersedianya
nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu percobaan di luar tubuh. Pada
keadaan yang menghambat pembentukan tunas dengan bebas, tetapi yang masih
memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa.
Rippon
(1974) mengemukakan bahwa bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu
lesi pada jaringan. Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang melakukan invasi.
Dengan proses tersebut terjadilah reaksi radang. Pada kandidosis akut biasanya
hanya terdapat blastospora, sedang pada yang menahun didapatkan miselium.
Kandidosis di permukaan alat dalam biasanya hanya mengandung blastospora yang
berjumlah besar, pada stadium lanjut tampakhifa.
Hal ini
dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik, misalnya
dahak, urin untuk menunjukkan stadium penyakit. Kelainan jaringan yang
disebabkan oleh Candida albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau
granuloma. Pada kandidosis sistemik, alat dalam yang terbanyak terkena adalah ginjal,
yang dapat hanya mengenai korteks atau korteks dan medula dengan terbentuknya
abses kecil-kecil berwarna keputihan.
Alat dalam
lainnya yang juga dapat terkena adalah hati, paru-paru, limpa dan kelenjar
gondok. Mata dan otak sangat jarang terinfeksi. Kandidosis jantung berupa
proliferasi pada katup-katup atau granuloma pada dinding pembuluh darah koroner
atau miokardium. Pada saluran pencernaan tampak nekrosis atau ulkus yang
kadang-kadang sangat kecil sehingga sering tidak terlihat pada pemeriksaan. Manifestasi
klinik infeksi Candida albicans bervariasi tergantung dari organ yang
diinfeksinya.
C.
MIKROORGANISME PENYEBAB PENYAKIT CANDIDIDASI DAN CARA
PENULARANNYA
1. Kandidosis
Selaput Lendir
a.
Candidiasis Vaginalis
Candidiasis Vaginalis
adalah infeksi jamur candida albcans pada alat genetalia wanita (vagina).
Candidiasis Vaginalis merupakan penyakit yang bersifat kompleks, artinya
penyebab dan yang mendorong terjadinya penyakit ini tidak satu faktor tetapi
lebih dari satu factor. Kandidiasis vagina merupakan infeksi pada vagina yang
melibatkan pertumbuhan berlebih dari ragi, atau jamur, yang dikenal sebagai
Candida. Ragi ini biasanya hadir dalam usus, mulut dan vagina, sebagai sejumlah
organisme lain . Jika keseimbangan mikroorganisme terganggu, seperti yang dapat
terjadi dengan mengambil spektrum luas antibiotik , fluktuasi
hormon, dan kondisi lainnya, pertumbuhan berlebih dari ragi dapat terjadi.
Vaginal candidiasis. Kandidiasis vagina, sering disebut sebagai "infeksi
jamur," adalah masalah yang umum, mempengaruhi hampir 75% dari wanita
dewasa dalam hidup mereka. Gatal dan keluarnya, tebal putih adalah gejala yang
paling umum dari kandidiasis vagina. Hal
ini juga dapat membuat hubungan seksual dan nyeri buang air kecil. Jaringan eksternal sekitar vagina, vulva,
bisa menjadi merah dan bengkak.
Kandidiasis vagina dapat diobati dengan berbagai agen antijamur,
beberapa di antaranya tersedia over-the-counter. Meskipun satunya cara untuk tegas
mendiagnosis kandidiasis vagina adalah untuk melihat ragi di bawah mikroskop,
banyak wanita memperlakukan diri mereka sendiri berdasarkan gejala mereka.
Studi menunjukkan bahwa, dari semua pembelian over-the-counter perawatan ragi,
sebanyak dua pertiga digunakan oleh wanita yang tidak memiliki kandidiasis
vagina . Perawatan yang tepat biasanya menghasilkan resolusi gejala. Jika gejala tetap atau berulang, mungkin
menandakan bahwa kondisi lain hadir atau bahwa ragi telah menjadi resisten
terhadap pengobatan yang digunakan.
b.
Candidiasis oral/mulut
Candidiasis Oral adalah infeksi jamur ragi dari genus
Candida pada membran berlendir mulut. Hal ini sering disebabkan oleh Candida
albicans, atau kadang oleh Candida glabrata dan Candida tropicalis. sariwan
pada mulut bayi disebut candidiasis, sementara jika terjadi di mulut atau
tenggorokan orang dewasa diistilahkan candidosis atau moniliasis. Gejalan
infeksi mulut ini spesies Candida
biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada
membran mucosal (dinding mulut dalam).
Pada mucosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang (berwarna
merah). Orang dewasa mungkin mengalami rasa tidak nyaman atau rasa terbakar. Kelompok
yang beresiko terkena penyakit ini, yaitu :
1.
Bayi yang baru lahir
2.
Penderita Diabet, khususnya bagi yang tidak mengontrol
diabetnya.
3.
Sebagai efek samping dari obat-obatan, yang paling
sering obat antibiotik. Corticosteroids (sejenis hormon steroid) hisap/hirup
untuk perawatan kondisi paru-paru (misalnya Asma) bisa juga berdampak pada
candidiasis mulut.
4.
Orang-orang dengan immunodefisiensi (misalnya
penderita HIV/AIDS atau pengobatan kemoterapi).
5.
Perempuan yang sedang mengalami perubahan hormonal,
seperti kehamilan atau mereka yang menggunakan pil pengontrol kelahiran.
6.
Orang sehat yang dengan sadar/tidak sadar telah
mendatangkan kontak secara rutin dengan ragi, misal pengguna gigi palsu dan
perokok.
c.
Perleche : Lesi berupa fisur pada sudut mulut; lesi
ini mengalami maserasi, erosi, basah, dan dasarnya eritematosa. Faktor
predisposisinya ialah defisiensiriboflavin.
d.
Vulvovaginitis : Biasanya sering trdapat pada px DM
karena kadar gula darah danurin yang tinggi dan pada wanita hamil karena
penimbunan glikogen dalam epitelvagina. Keluhan utama ialah gatal di daerah vulva.
Pada yang berat terdapat pularasa panas, nyeri sesudah miksi, dan dispareunia.
Pada pemeriksaan yang ringantampak hiperemia di labia minora, introitus vagina,
dan vagina terutama 1/3 bagian bawah. Sering pula terdapat kelainan yang
khas ialah bercak-bercak putihkekuningan. Pada kelainan yang berat juga
terdapat edema pada labia minora danulkus-ulkus yang dangkal pada labia minora
dan sekitar introitus vaginal. Fluor albus berwarna kekuningan . Tanda
yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna putih
kekuningan. Gumpalan tersebut berasal darimassa yang terkelupas dari dinding
vulva atau vagina terdiri atas bahan nekrotik, sel-sel epitel dan jamur.
2. Kandidosis
Kutisa
a.
Kandidiasis intertriginosa : Cutaneus kandidiasis
adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur dari genus Candida.
Kandidiasis terbagi menjadi 2 macam yakni kandidiasis profunda dan
kandidiasis superfisial. Nama lain dari kutaneus kandidiasis adalah superficial
kandidiasis atau infeksi kulit-jamur; infeksi kulit-ragi; intertriginous
candidiasis. Berdasarkan letak gambaran klinisnya terbagi menjadi
kandidiasis terlokalisasi dan generalisata. Gejalanya yaitu adanya lesi di
daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,intergluteal, lipat payudara, antara
jari tangan atau kaki, glans penis, danumbilikus, berupa bercak yang berbatas
tegas, bersisik, basah, dan eritematosa.Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit
berupa vesikel dan pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan
daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi
primer.
b.
Kandidiasis perianal : Yaitu lesi berupa maserasi
seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan pruritus ani.
c.
Kandidiasis kutis generalisata : Lesi terdapat pada
glabrous skin (kulit tidak berambut), biasanya juga di lipat
payudara, intergluteal dan umbilikus. Seringdisertai glositis, stomatitis dan
paronikia.
d.
Balanitis adalah radang pada kepala penis (bentuk
kerucut pada ujung penis). Posthitis adalah radang pada kulup. Secara umum,
jamur atau infeksi bakteri di bawah kulup menyebabkan posthitis. Radang pada
kepala penis dan kulup (balanoposthitis) bisa juga terjadi. Peradangan tersebut
menyebabkan nyeri, rasa gatal, kemerahan, bengkak dan bisa akhirnya menyebabkan
penyempitan (stricture) pada urethra. Pria yang mengalami balanoposthitis
mengalami peningkatan resiko berkembangnya balanitis xerotica obliterans,
phimosis, paraphimosis, dan kanker di kemudian hari. Gejalanya yaitu penderita
merasa nyeri dan gatal, warna kepala penis kemerahan dan bengkak.
e.
Balanopostitis adalah peradangan menyeluruh pada
kepala penis (glans penis) dan kulitnya. Penis menjadi nyeri, gatal-gatal,
kemerahan dan membengkak, serta bisa menyebabkan terjadinya penyempitan uretra.
Penderita balanopostitis di kemudian hari bisa menderita balanitis xerotika
oblitterans, fimosis, parafimosis dan kanker. Lelaki yang berhubungan intim
dengan perempuan yang mengidap jamur berpotensi terkena penyakit ini.
Peradangan biasanya terjadi akibat infeksi jamur atau bakteri di bawah kulit
pada penis yang tidak disunat.
f.
Kandidiasis Mukokutan Kronik : Penyakit ini timbul
karena adanya kekurangan fungsi leukosit atau sistem hormonal, biasanya
terdapat pada penderita dengan bermacam-macam defisiensi yang bersifat genetik,
umumnya terlihat pada anak-anak. Gambaran klinisnya
mirip penderita dengan defek poliendokrin
g.
Paronikia dan Onikomikosis :
Diderita oleh orang-orang yang pekerjaanya berhubungan dengan air, bentuk
ini tersering didapat. Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang tidak
bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras dan berlekuk lekuk,kadang berwarna
kecoklatan, tidak rapuh tetap berkilat dan tidak terdapat sisa jaringandi bawah kuku seperti pada tinea unguium.
h.
Diaper rash : Sering terdapat pada bayi yang popoknya
selalu basah dan jarang digantiyang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga
sering diderita neonatus sebagai gejalasisa dermatitis oral dan perianal.
i.
Kandidiasis granulomatosa : Sering menyerang
anak-anak, lesi berupa papulkemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning
kecoklatan dan melekat erat padadasarnya. Krusta dapat menimbul seperti tanduk
sepanjang 2 cm, lokalisasinya seringterdapat di muka, kepala, badan, tungkai,
dan farings.
3. Kandidosis
sistemik
a.
Endokarditis : Sering pada px morfinis sebagai akibat
komplikasi penyuntikanyang dilakukan sendiri, juga dapat diderita oleh px
sesudah operasi jantung.
b.
Meningitis : Karena penyebaran hematogen jamur,
gejalanya sama denganmeningitis TB, atau karena bakteri lain.
c.
Pielonefritisd : Pielonefritis adalah sangat umum,
dengan kasus 12-13 per tahun per 10.000 penduduk pada wanita dan kasus 3-4 per
10.000 pada pria. Wanita muda yang paling mungkin akan terpengaruh, secara
tradisional mencerminkan aktivitas seksual dalam kelompok umur. Bayi dan orang tua juga pada peningkatan
risiko, yang mencerminkan kelainan anatomi dan status hormonal.
d.
Septikemi : adalah suatu keadaan dimana terdapatnya
multiplikasi bakteri dalam darah (bakteremia). Istilah lain untuk septikemia
adalah Blood poisoning atau Bakteremia dengan sepsis. Sepsis adalah istilah
klinis yang dipakai untuk suatu bakterimia yang bergejala. Septikemia merupakan suatu kondisi infeksi
serius yang mengancam jiwa, dan cepat memburuk. Sumber infeksinya berasal dari
paru-paru, saluran kencing, tulang radang otak dll. Gejalanya dimulai dengan
demam tinggi, menggigil, nafas cepat dan denyut jantung cepat. Penderita
kelihatan sangat sakit. Gejala berkembang menjadi syok, dengan penurunan suhu
(hypothermia), penurunan tekanan darah, perubahan mental (bengong), dan
gangguan bekuan darah sehingga timbul bercak perdarahan di kulit (petechiae dan
ecchymosis). Bisa ditemukan penurunan jumlah urin.. Kematian biasanya
disebabkan septik syok atau ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome).
4. Reaksi id
(kandidid) : Karena adanya metabolit kandida, klinisnya berupavesikel-vesikel
yang bergerombol, terdapat pada sela jari tangan atau bagian badan yang
lain mirip dermatofitid. Di tempat tersebut tidak ada elemen jamur.Bila lesi
kandidiasis diobati, kandidid akan menyembuh. Jika dilakukan uji kulitdengan
kandidin (Ag kandida) membei hasil positif.
D.
CARA PENULARAN
1.
Penyebab penyakit
Candida albicans, C. tropicalis, C. dubliniensis dan kadang-kadang spesies lain
dari Candida. Candida (Torulopsis) glabrata dibedakan dari candida lain
penyebab candidiasis, yaitu infeksi dengan C. Torulopsis kurang membentuk
pseudohyphae pada jaringan.
2.
Distribusi penyakit.
Tersebar di seluruh dunia. Jamur C. albicans kadang-kadang merupakan flora
normal pada tubuh manusia.
3. Reservoir : Manusia.
4. Cara Penularan yaitu karena kontak sekret atau ekskret
dari mulut, kulit, vagina dan tinja, dari penderita ataupun “carrier”, atau
tertulari melalui jalan lahir pada saat bayi dilahirkan; penularan endogen.
5. Masa inkubasi: Bervariasi, 2 – 5 hari untuk lesi mulut
pada anak.
6. Masa penularan : Diasumsikan menular ketika ditemukan
lesi.
7. Kekebalan dan kerentanan, yaitu hampir selalu
ditemukan spesies Candida didalam dahak, tenggorokan, tinja dan urin tanpa ada
gejala klinis sebagai bukti rendahnya patogenisitas candida dan sebagai bukti
adanya imunitas yang luas di kalangan masyarakat. Lesi mulut banyak ditemukan,
biasanya ringan dan muncul pada minggu-minggu pertama sesudah kelahiran. Gejala
klinis muncul pada saat daya tahan tubuh hospes rendah. Kondisi lokal tubuh
bagian tertentu turut mempengaruhi munculnya candidiasis superfisialis seperti
interdigital intertrigo dan paronikia pada tangan yang terkena banyak air
(pekerja pengalengan makanan dan binatu) dan munculnya intertrigo pada kulit
yang lembab dari orang-orang yang gemuk. Lesi berulang pada kulit dan erupsi
mukosa sering terjadi. Diantara faktor sistemis mencolok yang menjadi dasar
munculnya kandidiasis superfisialis adalah kencing manis, pengobatan dengan
antibiotik berspektrum luas dalam jangka waktu panjang dan infeksi HIV. Wanita
pada kehamilah trimester 3 lebih mudah terkena vulvoganinal candidiasis. Faktor
yang mempengaruhi terjadinya candidiasis sistemik antara lain imunosupresi,
pemasangan kateter intravena permanen, netropenia, kanker darah, dan bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR). Candidiasis pada saluran kencing biasanya timbul
sebagai komplikasi dari penggunaan kateter jangka panjang pada kandung kencing
dan pelvis renalis. Kebanyakan orang dewasa dan anak-anak usia lebih tua
mengalami hipersensitivitas kulit yang tertunda terhadap jamur dan karena yang
bersangkutan memiliki antibodi humoral.
E.
CARA PENCEGAHAN
a.
Cara Pencegahan
Lakukan deteksi dini dan pengobatan dini terhadap
infeksi lokal pada mulut, esofagus atau kandung kencing bagi mereka yang
memiliki faktor predisposisi sistemik untuk mencegah terjadinya penyebaran sistemik.
Kemoprofilaksis dengan fluconazole mengurangi kejadian candidiasis pada bagian
dalam tubuh, 2 bulan pertama setelah transplantasi alogenik sum-sum tulang.
b. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1.
Laporan kepada
instansi kesehatan setempat.
2.
Isolasi tidak
diperlukan
3.
Disinfeksi serentak :
lakukan disinfeksi terhadap sekret dan benda-benda yang terkontaminasi.
4.
Karantina:Tidak
diperlukan.
5.
Imunisasi kontak
:Tidak diperlukan.
6.
Investigasi kontak
dan sumber infeksi : Tidak bermanfaat pada kejadian kasus yang sporadis.
7.
Pengobatan spesifik :
Memperbaiki faktor-faktor yang mendasari munculnya candidiasis sangat membantu
pengobatan. Misalnya melepas kateter intravena. Pemberian nistatin topikal atau
derivat azole (Miconazole, Clotrimazole, Ketoconazole, Fluconazole) sangat
bermanfaat untuk berbagai bentuk candidiasis superfisialis. Clotimazole oral
(Mycerex®) berupa tablet isap atau larutan Nystatin efektif untuk pengobatan
lesi mulut. Suspensi Itraconazole (Sporanox®) atau Fluconazole (Diflucan®) –
efektif untuk candidiasis oral dan esefagus. Infeksi vagina bisa diobati dengan
Fluconazole oral atau Clotimazole topikal, Miconazole, Butoconazole,
terconazole, tioconazole atau nystatin. Amphotericine
B
(Fungizone®) IV, dengan atau tanpa 5-fluorocytosine, adalah obat pilihan untuk
visceral candidiasis atau candidiasis invasive. Preparat lipid Amphotericin B
mungkin juga efektif.
c. Tindakan penanggulangan wabah: KLB sering terjadi
karena cairan infus yang terkontaminasi dan adanya bayi yang menderita lesi
mulut di ruang perawatan bayi baru lahir. Disinfeksi serentak dan pembersihan
secara menyeluruh seharusnya diterapkan sama seperti yang dilakukan pada
disinfeksi KLB diare di rumah sakit. (lihat diare, bagian IV, 9A).
d. Implikasi bencana : Tidak ada
e.
Tindakan
internasional : Tidak ada.
F.
KOMPLIKASI PADA
PENYAKIT KANDIDIASIS
Adapun komplikasi kandidiasis yang
bisa terjadi, antara lain :
1. Rekurens
atau infeksi berulang kandida pada kulit
2. Infeksi pada
kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin menginfeksi
daerah di sekitar kuku
3. Candidiasis
tersebar pada tubuh yang kekebalan tubuhnya kurang
4. Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke
esofagus, usus halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa
abses hati dan otak.
G.
PERAN TENAGA KESEHATAN
Dalam
kasus ini tenaga kesehatan berperan sebagai :
1.
Sebagai pelaksana,
yaitu memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit cadidiasis baik
dari morfologinya, jenis-jenis penyakitnya, cara penularan, sampai
pengobatannya.
2.
Sebagai pendamping,
yaitu seorang bidan harus mampu mendampingi pasien baik dengan memberikan
pelayanan kesehatan maupun dukungan moral pada pasien.
3.
Sebagai pendidik,
yaitu seorang bidan memberikan penjelasan tentang bahaya penyakit Kandidiasis
baik secara tertulis maupun lisan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kandidiasis
adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans.
Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan
khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan,
dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005).
Kandidiasis
meliputi infeksi yang berkisar dari yang ringan seperti sariawan mulut dan
vaginitis, sampai yang berpotensi mengancam kehidupan manusia. Infeksi Candida
yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang
yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien transplantasi.
Moniliasis
atau kandidiasis sering disebabkan oleh 3 hal yaitu: jamur candida albicans,
keadaan hormonal (diabetes, kehamilan), dan faktor lokal (tidak adanya gigi,
gigi palsu yang tidak pas).
Infeksi
mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental
berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa
mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah). Candida albicans
yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus.
Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar